Tiga Bulan Terlunta, Warga Padarincang Korban Banjir Tak Pernah Dapat Bantuan

BANTEN – Tiga bulan pasca banjir bandang yang menerjang Kampung Cikoneng, Desa Batukuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, salah satu warga terdampak masih belum menerima bantuan perbaikan rumah dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang.
Arniah (29) masih mengingat kejadian derasnya banjir yang menyapu rumahnya di Kampung Cikoneng, Desa Batukuwung, Kecamatan Padarincang pada 7 Maret 2025. Sehingga rumahnya rata dengan tanah.
Arniah mengatakan, hingga saat ini belum ada realisasi bantuan dari Pemkab Serang meski pendataan telah dilakukan. Sudah belasan orang datang dan beberapa wartawan mewawancarainya usai kejadian tersebut. Tapi hingga saat ini, ia masih tak tersentuh bantuan Pemkab Serang. Pendataan memang dilakukan, foto-foto kerusakan diambil, namun hingga kini belum ada realisasi yang nyata.
“Enggak pernah ada bantuan (dari Pemkab Serang), paling setelah beberapa hari (usai banjir) ada bantuan dari desa, dikasih sembako,” kata dia ditemui di kontrakannya yang berada dekat rumahnya yang hancur, Minggu (18/05/2025).
Lihat juga Banjir Landa Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang
Arniah saat ini tinggal di kontrakan yang sempit sembari berpasrah atas kejadian yang dialaminya. Karena bantuan dari Pemkab Serang seolah-olah tak akan datang menyentuhnya.
“Kalau sekarang pasrah karena yang begitu (bantuan) mah kayanya gak harus diharapin tergantung gimana rezekinya aja, udah pasrah,” jelasnya.
Arniah menceritakan, rumahnya memang langganan banjir saat hujan karena posisinya berada di samping aliran sungai. Akan tetapi, banjir yang terjadi tiga bulan lalu itu berbeda. Banjir datang dua kali. Yang pertama, sekitar pukul 20.00 WIB, tapi hanya berlangsung selama empat jam, air langsung surut. Namun, Sekitar pukul 02.00 pagi, air bah datang kembali dengan kekuatan arus yang lebih kuat dengan ketinggian air hampir sedada orang dewasa. Kekuatan itu bertambah dengan adanya batang pohon berukuran besar yang masih mencengkeram akar dan menabrak rumahnya hingga roboh.
Beruntungnya, kata Arniah, ia beserta kedua anaknya telah mengungsi terlebih dahulu ke rumah ibunya yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya ketika banjir pertama datang. Sehingga tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut.
Arniah baru mengetahui rumah yang hanya terdiri dari satu kamar dan terbuat dari susunan kayu yang tidak terlalu kokoh itu sudah tidak berbentuk ketika bantuan dari Tim Sar dan BPBD Kabupaten Serang datang di pagi hari menggunakan perahu karet. Betapa kagetnya ia saat mengetahui rumahnya sudah hancur.
“Engga ada, ga nyisa (barang-barang). Kalau menghitung kerugian gatau,” ujarnya.
Arniah menambahkan, lemari pakaian berisi baju lebaran anak-anaknya hanyut terbawa arus. Hingga kini, ia tidak tahu di mana keberadaan lemari itu. Perabotan rumah lainnya pun ikut hilang tak tersisa. Di kontrakan barunya saat ini pun tidak ada barang-barang lama. Karena semua hilang ditelan arus banjir.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Perumahan di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Kabupaten Serang, Deni Hartono mengaku telah melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan melakukan survei ke lapangan.
Usai survei, kata Deni, pihaknya telah mengajukan bantuan untuk perbaikan rumah kepada Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi Banten pada 27 Maret 2025.
“Bantuan diajukan melalui program penanganan rumah terdampak bencana dan kemiskinan ekstrem di provinsi,” ujarnya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Senin (19/05/2025).
Ia menegaskan, bantuan yang diajukan bukan berupa stimulan seperti yang biasa disediakan Pemkab Serang, melainkan berupa bantuan pembangunan unit rumah dari Pemprov Banten.
Terkait realisasi bantuan, kata Deni, pihaknya mengaku masih menunggu proses dari provinsi. “Kami sedang dorong terus dan intens koordinasi dengan provinsi. Mudah-mudahan secepatnya bisa terealisasi,” imbuhnya. (ukt)