Pencemaran Sungai Ciujung Terus Berlanjut, Tambak Warga Tirtayasa Kabupaten Serang Ikut Kena Getahnya

BANTEN – Pencemaran limbah industri kembali mencemari Sungai Ciujung di Kabupaten Serang, Banten. Selain menyebabkan air sungai berubah warna menjadi hitam pekat dan berbau menyengat, limbah juga merembet ke tambak-tambak milik warga.
Berdasarkan pantauan banteninside.co.id di Desa Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang pada, Senin (16/06/2025), aliran Sungai Ciujung tampak menghitam dan menimbulkan bau menyengat.
Salah satu warga, Pendi mengatakan, aliran Sungai Ciujung memang sudah sering tercemar oleh limbah pabrik. Dampak yang paling terasa yakni ketika musim kemarau tiba, yang mengakibatkan aliran sungai menjadi sangat bau dan berwarna hitam. Sehingga tidak layak dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Menurut Pendi, aliran sungai tersebut selama bertahun-tahun terus mengalami pencemaran akibat limbah pabrik yang diduga dibuang ke aliran sungai.
“Ini bau baru sekitar dua hari, biasanya kalau kemarau bisa sampai 4 bulanan (aliran sungai bau dan menghitam),” katanya.
Menurut Pendi, sudah banyak pihak yang datang silih berganti dan berjanji akan mengatasi masalah tersebut. Namun, hingga kini masih belum terealisasi.
“Udah banyak lah pak yang bilang-bilang mau ngeberhentiin (aktivitas pembuangan limbah ke Sungai Ciujung). Tapi nggak dilakukan,” tuturnya.
Lihat juga Mahasiswa Tuntut Perhatian Bupati Serang atas Pencemaran Sungai Ciujung
Pendi juga turut menyinggung janji kampanye Bupati Serang Ratu Rachmatu Zakiyah yang dikala musim kampanye sempat berjanji akan menghentikan aktivitas pembuangan limbah ke sungai.
“Kalau saya yang jadi bupati saya mau ngeberhentiin limbah,” ucapnya menuturkan kembali perkataan sang bupati saat kampanye.
Pendi berharap, permasalahan pencemaran Sungai Ciujung dapat segera diatasi, sehingga masyarakat tidak terus-menerus berharap pada janji.
Kenyataan pahit juga datang dari warga lainnya, Maksum, salah satu pemilik tambak Ikan Bandeng di Desa Tengkurak mengaku sudah 3 kali gagal panen akibat tambaknya tercemar.
“Kemarin pas mau lebaran haji (Idul Adha) mati semua sekitar 4 kwintal mah,” sebutnya.
Jika ditotal, kata Maksum, kerugian yang ia alami dari tambak seluas 2 hektare yang 3 gagal panen tersebut mencapai Rp25 juta. Ia pun mengaku hanya bisa sabar saat menerima kenyataan pahit tersebut.
“Susah orang kecil mah mau apapun nggak bisa. Orang kecil makin susah,” keluhannya.
Maksum juga mengatakan, ia berharap pemerintah segera mengambil jalan tengah untuk mengatasi persoalan-persoalan yang ada. Menurutnya apabila solusinya adalah penutupan pabrik yang diduga mencemari sungai bukanlah solusi. Karena terdapat warga lainnya yang menggantungkan hidup menjadi buruh pabrik.
Adapun solusinya yakni pemerintah harus membuat aturan yang tegas agar pabrik-pabrik tidak lagi membuang limbah ke sungai.
Terpisah, Bupati Serang Ratu Rachmatu Zakiyah enggan berkomentar terkait hal tersebut.
“Buru-buru aku ditunggu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Jakarta. Besok lagi yaa,” katanya singkat di Pendopo Bupati Serang sembari meninggalkan wartawan menuju mobil. (ukt)